Outing Class Mahasiswa Ahwal Syakhshiyah ke Pulau Nusakambangan
Mahasiswa Ahwal Syakhshiyah angkatan 2020 sejumlah 59 orang mengadakan Outing Class di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan,Cilacap, Jawa Tengah. Berangkat Pukul 12.30 WIB dari Fakultas Ilmu Agama Islam UII Yogyakarata menuju dermaga Wijaya Pura menempuh waktu sekitar 6 jam. Sampai di Dermaga Wijaya Pura sekitar pukul 06.30 WIB. Menurut informasi dari petugas piket dermaga, Bapak Aziz kapal pertama penjemputan dari Kemenkumham akan mengangkut para pegawai, dan petugas serta beberapa pekerja ke Pulau Nusakambangan tepat pukul 07.00 WIB. Selanjutnya, kapal kedua merapat ke Dermaga Wiyaja Pura pukul 07.45 WIB untuk menjemput rombongan dari UII menuju Dermaga Sondong menempuh waktu kurang lebih 7-8 menit.
Sesampainya di Dermaga Sondong, para romobongan dari UII disambut oleh Bapak Gatot (Kassubag Umum Lapas Batu) beserta petugas yang berjaga di sekitaran pintu masuk untuk melakukan check in peserta ke bus-bus high risk nusakambangan untuk mengunjungi beberapa lapas di nusakambangan. Perjalanan sekitar 15 menit untuk sampai di lapas pertama, yang diperkenankan untuk dikunjungi, Lapas Maximum Security dengan kasus pidana beragam (Narkotika, Terorisme, Pembunuhan, Pencurian, dll), yaitu di Lapas Besi dan Narkotik. Disitulah beberapa mahasiswa bisa bertatap muka langsung dengan para warga binaan/ napi. Saat kunjungan, disampaikan oleh petugas jika dari sekian banyak lapas di Nusakambangan, pada hari itu kami hanya dapat mengunjungi beberapa lapas dikarenakan setiap lapas sedang ada kegiatan. Diantaranya, Lapas Maximum Security, dan Medium Security.
Lapas Maximum Security, Lapas Besi
Jumlah Narapidana yang ditampung selama 2023 di Lapas Besi adalah sejumlah 502 orang dengan kasus lebih beragam. Menurut informasi dari Bapak Samsul, jumlah ini sama dengan narapidana yang ada di Lapas Narkotik. Dari beberapa warga binaan yang ditahan di Lapas Besi, para mahasiswa memiliki kesempatan untuk mewawancarai 4 orang warga binaan yang sudah kooperatif dengan petugas dalam menjalani aktivitas sebagai warga binaan. Laporan berkala dari wali yang mana merupakan petugas lapas mengenai perkembangan perilaku warga binaan menjadi tolok ukur seorang warga binaan dapat dipindahkan ke lapas satu tingkat dibawahnya, medium security. Beberapa warga binaan enggan untuk dipindahkan karena kendala sulit adaptasi.
“Mereka enggan, karena sudah merasa nyaman di dalam Maximum Security. Banyak kegiatan yang bisa membawa mereka lebih baik, tidak perlu beradaptasi lagi, lebih baik menunggu sampai bebas disini saja”- Jelas petugas Lapas Besi
Melihat tepat di depan pintu masuk Lapas Besi, terpampang tulisan “Zero Handphone”
“kami pastikan, disini zero handphone, tidak ada napi yang memegang handphone”- Wali/ Pembina Napi.
“Seribu empat ratus sekian CCTV, yang kami miliki, mencegah adanya interaksi intens secara langsung antara napi dengan petugas, dan memantau pergerakan napi setiap hari”- Lanjutnya
“fakta unik dari kasus terorisme adalah, bahwa tidak semua yang terjerat kasus teroris dan sekarang dipidana adalah mereka yang paham agama islam dengan baik, justru baru bisa baca tulis al-qur’an dengan baik ketika masuk lapas”-Cerita Petugas Lapas lain
Lapas besi adalah lapas yang pernah di tinggali oleh Gembong Narkoba, Freddy Budiman yang dieksekusi mati di Lapas Nusakambangan pada Jum’at 29 Juli 2016. Pak Samsul menambahkan dulu nya Gembong Narkoba, penjahat kelas kakap harusnya di tempatkan di Lapas High Risk (Lapas Batu, Pasir Putih, atau Karanganyar) di Nusakambangan. Namun, saat itu belum beridiri. Baru sekitar tahun 2017-2018, lapas High Risk berdiri diperuntukkan napi” kelas kakap.
Lapas Medium Security, Lapas Permisan
Lapas Permisan merupakan lapas tertua yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Nusakamabangan. Narapidana yang terdapat di lapas kelas medium security sebanding dengan narapidana yang berada di lapas maximum security. Adapun perbedaannya di lapas permisan ini warga binaan lebih kooperatif, dan mayoritas yang ada di lapas ini diberikan pembinaan ketrampilan salah satunya adalah membatik. Batik yang diproduksi juga dikenakan sebagai pakaian dinas oleh para petugas lapas permisan. Selain itu kabar baiknya, batik yang berhasil diproduksi juga dipasarkan sampai luar negeri. Suatu kebanggaan bagi para mahasiswa menaiki kapal “Pengayoman VIII” milik Kemenkumham RI demi melakukan kunjungan studi hukum dan mengetahui aktivitas pembinaan narapidana di lapas Nusakambangan. (Uun)