Program Studi Hukum Keluarga UII Terima Pertukaran Mahasiwa dari Nur Mubarak University, Kazakhstan: Ajang Bertukar Budaya dan Wawasan Keislaman

Mempelajari perbedaan budaya merupakan suatu proses yang sangat berharga untuk memahami dan menghargai keberagaman di dunia ini. Dengan mempelajari tentang keberagaman budaya membuka pintu untuk memperluas wawasan dan pengetahuan kita tentang dunia. Pemahaman tentang keragaman budaya juga dapat membantu membentuk sikap toleransi. Melalui pemahaman terhadap keragaman budaya dapat membentuk fondasi untuk mewujudkan kehidupan yang damai dan harmonis.

Pada jumat (23/2) Program Studi Hukum Keluarga/Ahwal Syakhshiyah International Program (Prodi AS IP) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) menyambut mahasiswa pertukaran mahasiswa dari Kazakhstan. Program ini merupakan Kerjasama antara UII dengan Nur Mubarak University, Kazakhstan. Kerjasama ini didasarkan kesamaan antara kedua universitas khususnya identitas yang diusung. Keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk memajukan Islam dan negara keislaman.

Adapun Prodi AS IP menerima dua mahasiswa yaitu Nurakhmet Khairul dan Nurislam Abitilda. Keduanya merupakan mahasiswa Faculty Of Islamic Studies Program Takhasus dengan mata kuliah ushul fiqh, ushul hadist, tahfidzul qur’an. Untuk itu sangat tepat jika keduanya ditempatkan di Prodi AS IP. Mereka akan berkuliah selama satu semester disini dan ditinggal di Rusunawa Selatan.

Kaprodi AS Bapak Krismono, S.H.I., M.S.I. menyampaikan bahwa program pertukaran mahasiswa ini bertujuan untuk persiapan akreditasi international dan juga meningkatkan Indikator Kerja Utama (IKU). Ia juga berharap dengan program ini mahasiwa bisa saling bertukar budaya karena meskipun Kazakhstan merupakan negara islam tapi madzhab yang dianut adalah hanafiyah, berbeda dengan Indonesia yang mayoritas menganut madzhab Syafi’i. Dengan perbedaan ini diharapkan menambah wawasan mahasiswa dan memperluas pesrpektif keIslaman.

Adapun pertama kali sampai di Jogja, mereka terkesan dengan suasana baru yang belum ditemui sebelumnya, ketika datang ke FIAI UII mereka juga terkesima dengan bentuk bangunan, fasilitas dan kemajuan teknologi yang ada di UII khususnya di FIAI. Adapun hal yang paling terasa adalah mereka harus beradaptasi dengan suhu udara yang panas, sebab di Kazakhstan, khususnya di daerah mereka tinggal di Almaty suhunya mencapai -12 derajat celcius. Sedangkan di Indonesia, khususnya di Yogyakarta suhunya bisa mencapai 40 derajat celcius. (MA)